Minggu, 31 Mei 2009

Completely, I Love U...!!!

Aku tak tahu sampai kapan aku akan bertahan disini,
karna KAUlah pemilik rahasia itu
Aku pun tak mengerti mengapa aku sering kali melukai-Mu,
mengkhianati-Mu, melupakan-Mu
dan mengingat-Mu ketika aku membutuhkan-Mu
Tapi apa yang aku dapat,
Kau tak pernah menghiraukan seberapa bejat aku menjadi hamba-Mu
Cinta-Mu tetap mengalir sejukkan tiap aliran darah ini
dan aku slalu terdiam, hampa sejenak
kemudian ingin menangis
Meluapkan sorak sorai kacau hatiku,
aku lupa jalanku...aku lupa jalan di tempat-Mu
sekali lagi aku mohon, tunjukan aku Jalan-Mu lagi
Aku ingin berbagi kasih, aku ingin merasakan damainya
menjadi hamba yang tau diri
hamba yang memiliki cinta sejati
kepada pemilik kesejatian dan kekekalan hidup

Maka ketika aku masih disini,
ingin kutemukan lagi kompleksitas hati dan jiwa
yang selama ini berseteru
memperebutkan egonya masing-masing
hingga aku lupa akan Cinta-Mu yang begitu hebat kepadaku
Aku tak ingin itu terjadi lagi
karna:

I Love You, Aku Cinta Pada-Mu
Completely, I Love U...!!!

Luka

Setidaknya aku benar-benar lelah, ingin marah, mengeluh, dan berteriak sejadi-jadinya. Aku bagai sebuah diorama tak berarti untuk hidupku. Sudah terlalu banyak aku berkorban waktu hanya untuk membuatnya bahagia, mau terluka hati hanya untuk menjadikan senyumnya murni, tak segan-segan menjadi bahan tertawaan hanya demi tawanya yang lama tak mengembang, dan semua….semua Cuma untuk dia, dia yang aku temukan dari puing sisa-sisa kehancuran jati diriku.

Berkali-kali aku siap menahan tangis karena hatimu tetap beku, cair terhadap kesenangan dan sebaliknya saat kesenangan itu telah mencapai titik terendah kau seakan melupakanku, menganggapku tak berarti ketika aku tak sesuai dengan inginmu. Aku kecewa, kecewa ini benar-benar mengerak. Tak tahu kemana aku harus melemparnya, karena laut sudah jenuh menerima bualan ini, dan angin pun hanya setengah hati menerbangkan ungkapan busukku. Huh…!!

Sedikit saja aku minta kau untuk memegang hatiku, aku tahu aku tak sempurna, bahkan sering berlaku salah, atau sekedar kau salahkan saat kau tak membutuhkanku. Hidup ini bukan sinetron, bukan juga sebuah penggalan sketsa. Kenapa tidak kita seimbangkan saja, tanpa ada seorang pun yang merasa menang atasnya. Aku tak meminta apapun untuk luka ini, karena ia akan dengan sendirinya mengobati, lahir kembali dan bangkit dari semua keterpurukan hidup.

Senin, 25 Mei 2009

Jerit Fakir

Terang menggelantung di kelopak senja
Terang meninggalkan puing-puing kerinduan
Rindu akan pembaringan
dan selimut hangat
Tapi, di tengah belantara kota
kami dahaga
bermimpi temukan telaga Nabi
Mereguk segelas air yang lebih manis
dari madu

Sebenarnya kami ingin berlama-lama
menikmati bianglala yang memikat
di antara mendung berkabung
Merangkum bunga-bunga harapan
bersemi dari benih kasih Tuhan
Tapi, di tengah belantara kota
kami tersesat
hingga harus menggadaikan sepenggal hidup
hanya untuk sekepal nasi

Menggubah syair-syair tentang kefakiran
lalu berserakan
bersama debu di sekujur jalan
Menadahkan tangan
demi sepotong belas kasihan
Wahai pemilik keabadian
tunjukkan kami jalan pulang
sebelum seluruh nafas terrengut roda zaman
 

©2008 Sastra Manusia Biasa | DezembroI by TNB

This template is brought to you by : allblogtools.com Blogger Templates